Artikel

Sejarah Desa Subaya

07 Agustus 2018 12:38:09  Administrator  1.363 Kali Dibaca 

            Menurut prasasti Subaya yang kini tersimpan lembar ke 9 di Pura Puseh Desa Pekraman Subaya, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Dan lembar 1-8 di Pura Ratu Pingit Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Diceritakan bahwa pada tahun caka 1077 bulan caitra tanggal satu sedang bulan gelap, hari hariyang umanis wuku tolu (tanggal 8 April 1155 TM) Sri Paduka Raga Jaya bermusyawarah bersama pemuka agama dan para senopati kerajaan. Adapun maksud pertemuan tersebut untuk mengingat-ingat desa manakah yang layak ditempatkan di wilayah Taman Suci (Laba Pura) milik Ida Batara di Kunjara Asana (sekarang Pura Agung Desa Pekraman Tejakula).

            Dijelaskan bahwa pada tahun tersebut penduduk Desa Sabaya (sekarang Subaya) di panggil agar menghadap Sir Maharaja Raga Jaya. Kemudian dalam pertemuan tersebut, dengan disaksikan para pemuka agama dan senopati kerajaan, baginda menanyakan dan memerintahkan mereka untuk ditempatkan di wilayah tanah laba pura milik Ida Betara di Kunjara Asana. Selanjutnya dengan senang hati menerima perintah dari Sri Paduka Maharaja.

            Karena penduduk Desa Sabaya berkenan bertempat tinggal di tanah Palaba Pura milik Betara Kunjara Asana sesuai dengan peraturan-peraturan Labapura tentang pemeliharaan dan pekerjaan tanah maka dari itu Sri Maharaja Raga Jaya memberikan Piagam Prasasti kepada Desa Sabaya.

            Desa Sabaya waktu dulu di sekitar Pura Agung Desa Pekraman Tejakula sekarang. Yang patut selalu dijaga sebagai pancaran sinar untuk memperkuat kehidupan desanya. Dengan status Desa Swatantra (otonom) karena mengerjakan tanah labapura untuk rakyat yang menjunjung periuk abu bunga raja yang diwujudkan Batara Kunjara Asana.

            Berdasarkan cerita/mitos orang tua (para penglingsir) secara turun temurun di Desa Subaya letak wilayah Desa Pekraman Subaya sekarang, dulunya bernama Gunung Sengka (daerah perbukitan yang sulit dijangkau) hal ini kalau dikaitkan dengan kondisi geografis desa sekarang sangat cocok, karena posisi Desa Subaya sekarang berada di areal tanah perbukitan yang sulit dicari karena terjepit oleh pangkung/tukad dan bukit-bukit.

            Pada waktu dulu, Desa Sabaya (yang letaknya dulu di sekitar areal Pura Agung/Puseh Desa Pekraman Tejakula sekarang) mengalami kehancuran.

            Karena berbagai faktor, informasinya pun kurang jelas, tetua desa mengatakan pernah terjadi perang antar desa, adapula yang mengatakan karena kebajakan/di bajak oleh saudagar atau wong prahu (Bajak Laut) yang merampas hasil bumi di Desa Sabaya.

            Barangkali karena faktor tersebut, akhirnya penduduk Desa Sabaya lari/mengungsi meninggalkan desanya, mencari atau naik ke areal perbukitan (Gunung Sengka) yang lebih aman dengan membawa Arta Pusaka Desa berupa Prasasti Pratima atau Arca sebagai perwujudan Ida Batara.

            Kemudian penduduk Desa Sabaya yang melarikan diri ke wilayah perbukitan ini berkumpul/rapat. Dalam paruman tersebut, ada sebagian warga Sabaya menghendaki untuk melanjutkan perjalanan menuju Desa Sukawana, Kutuh, Batih, bahkan ada yang sampai Desa Tiingan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

            Sebagian warga Sabaya menghendaki tinggal ditempat karena merasa tidak kuat melakukan perjalanan/pelarian dengan membawa (mundut) arta pusaka desa seperti tersebut diatas. Oleh sebab itu, dalam rapat penduduk Desa Sabaya, diputuskan untuk bebas menentukan pilihan tempat tinggal.

            Dengan adanya ikatan kekeluargaan yang mengikat di kedua belah pihak yakni, apabila suatu saat ada penduduk yang tinggal di area perbukitan melakukan upacara odalan atau pujawali dalam melestarikan kepercayaannya, dresta desa dan sima desa di wilayah perbukitan Gunung Sengka, maka warga Sabaya yang tadinya melanjutkan perjalanan ke desa lain agar datang kembali untuk melakukan persembayangan kembali/memuja arta pusaka desa yang dibawa (dipundut) dari desa sabaya, yang waktu dulu diusung berupa prasasti, yang merupakan Piagam pemberian Baginda Raja Sri Maharaja Raga Jaya.

            Dengan adanya pasubayan atau perjanjian lisan antar warga sabaya tersebut, diareal perbukitan Gunung Sengka, lama kelamaan areal tersebut disebut Desa Subaya. Hal ini sampai sekarang masih dipatuhi oleh penduduk sabaya keturunan, baik berada di Desa Subaya maupun di desa-desa lainnya.

Hal ini dapat dilihat pada waktu pelaksanaan pujawali/odalan Ngusaba Sembah (ayunan) dan Ngusaba di Desa Pekraman Subaya yang dipenuhi pemedek dari desa-desa lain.

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 Pemerintah Desa

 Peta Desa

 Statistik

 Sinergi Program

Prodeskel Pajak Online

 Media Sosial

 Arsip Artikel

06 Agustus 2018 | 2.793 Kali
Pemerintah Desa
06 Agustus 2018 | 2.661 Kali
Visi dan Misi
07 Agustus 2018 | 1.363 Kali
Sejarah Desa Subaya
24 Desember 2019 | 1.308 Kali
PEMELIHARAAN JALAN DESA MENUJU LINGKUNGAN MENDEHA DESA SUBAYA  
30 Juli 2020 | 1.278 Kali
MUSDES PERENCANAAN RKP-DESA TAHUN 2021 DESA SUBAYA
25 Juni 2021 | 1.249 Kali
UPACARA NAUR KELACI/PEREBUAN DI DESA ADAT SUBAYA
20 Agustus 2019 | 1.121 Kali
RABAT BETON JALAN USAHA TANI MUNDUK BANGBANG

 Agenda

Belum ada agenda

 Statistik Pengunjung

  • Hari ini:36
    Kemarin:486
    Total Pengunjung:167.909
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:18.97.9.171
    Browser:Tidak ditemukan

 Komentar

 Hubungi Kami

Hubungi Kami

Hubungi Kami